BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Globalisasi ekonomi merupakan mendunianya kegiatan dan keterkaitan perekonomian. Kegiatan-kegiatan perekonomian tidak lagi sekedar internasional tapi bahkan nasional, dan transnasionalisasi kegiatan-kegiatan perekonomian, bukan lagi terbatas pada aspek-aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas ke aspek produksi dan pemasaran, bahkan sumber daya manusia konsekuensi dari semua ini. Perekonomian antar Negara semakin berkaitan erat, peristiwa ekonomi di sebuah Negara dengan cepat dan mudah merambah ke negara-negara lain.
Dalam situasi seperti sekarang, keunggulan bisnis dan perekonomian bukan lagi berdasarkan pada strategi keunggulan komparatif (Comparative advantage) melainkan strategi keunggulan kompetitif (Competitive advantage). Globalisasi mengubah struktur perekonomian dunia secara fundamental. Interdependensi (saling ketergantungan) perekonomian negara semakin erat, keeratan interdependensi ini bukan saja berlangsung antara negara maju, tapi juga antara negara berkembang dan negara maju.
Ekspor merupakan salah satu sumber devisa yang sangat dibutuhkan oleh negara atau daerah yang perekonomiannya bersifat terbuka seperti di Indonesia, karena ekspor secara luas ke berbagai negara memungkinkan peningkatan jumlah produksi yang mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga diharapkan dapat memberikan andil yang besar terhadap pertumbuhan dan stabilitas perekonomiannya. Apalagi Indonesia yang baru saja bangkit dari keterpurukan akibat krisis ekonomi dan krisis multidimensional senantiasa berupaya untuk mengembangkan ekspornya untuk menopang pemulihan ekonomi melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi yang didukung dengan jaminan pemerataan, stabilitas dan kepastian hukum.
Perkembangan nilai ekspor Kalimantan Timur selama empat tahun terakhir (2002 – 2005) menunjukkan trend yang selalu menaik. Tahun 2002 7,7 milyar US$ dan pada tahun 2003 meningkat drastis menjadi 9 milyar US$. Tahun 2004 meningkat menjadi 10,9 milyar US$ dan pada tahun 2005 meningkat lagi menjadi 14,2 milyar US$.
Kalimantan Timur dalam menghasilkan devisa negara melalui perdagangan luar negeri (ekspor), masih tergantung dengan golongan barang barang minyak dan gas. Hal ini bias dilihat dari perkembangan peran minyak dan gas dalam membentuk nilai ekspor Kalimantan Timur. Pada tahun 2000, 2001 dan 2002 berturut-turut sebesar 6,7 milyar US$, 6,9 milyar US$ dan 5,9 milyar US$. Pada tahun 2003, 2004 dan 2005 pun peran migas pun masih cukup besar yaitu 77,7 persen, 78,3 persen, dan 75,7 persen dari total ekspor yaitu sebesar 9 milyar US$, 10,9 milyar US$ dan 14,2 milyar US$. Walaupun tahun 2002 mengalami penurunan tetapi peran migas masih dominan.
Usaha peningkatan nilai ekspor non migas yang digalakkan oleh pemerintah, hasilnya juga terlihat di propinsi Kalimantan Timur ini dengan terus meningkatnya persentase nilai ekspor non migas dibandingkan dengan ekspor migas terhadap total ekspor.
Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak lesunya pembangunan dalam upaya menumbuhkan perekonomian, setiap negara-negara senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat atau kalangan swasta dalam negeri tetapi juga investor asing.
Melalui berbagai paket kebijaksanaan, deregulasi dan debirokratisasi dilakukan pelaksanaan mekanisme perijinan, penyederhanaan tata cara impor barang modal, pelunakan syarat-syarat investasi serta perangsangan investasi untuk sektor-sektor dan di daerah-daerah tertentu.
Investasi di Kalimantan Timur secara kumulatif sampai dengan tahun 2005 mengalami peningkatan 68 persen dari tahun sebelumnya sebesar 4,5 milyar dan untuk penanaman modal asing mengalami penurunan yaitu dari 958 juta US$ pada tahun sebelumnya menjadi 101,8 juta US$ pada tahun 2004. Pertumbuhan ini menunjukkan gambaran bahwa minat berinvestasi di Kalimantan Timur cukup tinggi, walaupun kondisi perekonomian masih kurang stabil (masa pemulihan) akibat krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan juli 1999.
Pembangunan di Kalimantan Timur dari tahun ke tahun makin terus meningkat, hal ini dapat dilihat dari perkembangan daerah melalui Repeta dan Renstra Kalimantan Timur. Perkembangan tersebut tentunya tidak terlepas dari adanya potensi yang besar, yaitu potensi sumber daya alam dan potensi sumber daya manusianya. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dalam perkembangan tersebut ada sembilan sektor yang terdapat dalam PDRB, yaitu sektor pertanian dan penggalian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan dan konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa kemasyarakatan.
Berkaitan dengan beberapa hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul Tesis: “download
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Globalisasi ekonomi merupakan mendunianya kegiatan dan keterkaitan perekonomian. Kegiatan-kegiatan perekonomian tidak lagi sekedar internasional tapi bahkan nasional, dan transnasionalisasi kegiatan-kegiatan perekonomian, bukan lagi terbatas pada aspek-aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas ke aspek produksi dan pemasaran, bahkan sumber daya manusia konsekuensi dari semua ini. Perekonomian antar Negara semakin berkaitan erat, peristiwa ekonomi di sebuah Negara dengan cepat dan mudah merambah ke negara-negara lain.
Dalam situasi seperti sekarang, keunggulan bisnis dan perekonomian bukan lagi berdasarkan pada strategi keunggulan komparatif (Comparative advantage) melainkan strategi keunggulan kompetitif (Competitive advantage). Globalisasi mengubah struktur perekonomian dunia secara fundamental. Interdependensi (saling ketergantungan) perekonomian negara semakin erat, keeratan interdependensi ini bukan saja berlangsung antara negara maju, tapi juga antara negara berkembang dan negara maju.
Ekspor merupakan salah satu sumber devisa yang sangat dibutuhkan oleh negara atau daerah yang perekonomiannya bersifat terbuka seperti di Indonesia, karena ekspor secara luas ke berbagai negara memungkinkan peningkatan jumlah produksi yang mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga diharapkan dapat memberikan andil yang besar terhadap pertumbuhan dan stabilitas perekonomiannya. Apalagi Indonesia yang baru saja bangkit dari keterpurukan akibat krisis ekonomi dan krisis multidimensional senantiasa berupaya untuk mengembangkan ekspornya untuk menopang pemulihan ekonomi melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi yang didukung dengan jaminan pemerataan, stabilitas dan kepastian hukum.
Perkembangan nilai ekspor Kalimantan Timur selama empat tahun terakhir (2002 – 2005) menunjukkan trend yang selalu menaik. Tahun 2002 7,7 milyar US$ dan pada tahun 2003 meningkat drastis menjadi 9 milyar US$. Tahun 2004 meningkat menjadi 10,9 milyar US$ dan pada tahun 2005 meningkat lagi menjadi 14,2 milyar US$.
Kalimantan Timur dalam menghasilkan devisa negara melalui perdagangan luar negeri (ekspor), masih tergantung dengan golongan barang barang minyak dan gas. Hal ini bias dilihat dari perkembangan peran minyak dan gas dalam membentuk nilai ekspor Kalimantan Timur. Pada tahun 2000, 2001 dan 2002 berturut-turut sebesar 6,7 milyar US$, 6,9 milyar US$ dan 5,9 milyar US$. Pada tahun 2003, 2004 dan 2005 pun peran migas pun masih cukup besar yaitu 77,7 persen, 78,3 persen, dan 75,7 persen dari total ekspor yaitu sebesar 9 milyar US$, 10,9 milyar US$ dan 14,2 milyar US$. Walaupun tahun 2002 mengalami penurunan tetapi peran migas masih dominan.
Usaha peningkatan nilai ekspor non migas yang digalakkan oleh pemerintah, hasilnya juga terlihat di propinsi Kalimantan Timur ini dengan terus meningkatnya persentase nilai ekspor non migas dibandingkan dengan ekspor migas terhadap total ekspor.
Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak lesunya pembangunan dalam upaya menumbuhkan perekonomian, setiap negara-negara senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat atau kalangan swasta dalam negeri tetapi juga investor asing.
Melalui berbagai paket kebijaksanaan, deregulasi dan debirokratisasi dilakukan pelaksanaan mekanisme perijinan, penyederhanaan tata cara impor barang modal, pelunakan syarat-syarat investasi serta perangsangan investasi untuk sektor-sektor dan di daerah-daerah tertentu.
Perkembangan nilai impor Kalimantan Timur selama empat tahun terakhir (2002 – 2005) selalu meningkat. Peningkatan tajam terjadi pada tahun 2005 yang dibanding pada tahun sebelumnya mencapai 28,9 persen. Pada tahun 2002 juga meningkat menjadi sebesar US$ 1,86 juta, tahun 2003 menjadi US$ 2,2 juta dan tahun 2004 menjadi US$ 2,7 juta. Tahun 2005 kembali meningkat tajam hingga 28,9 persen menjadi 3,5 US$.
Bila diamati dari golongan barang impor Kalimantan Timur sebagian besar adalah golongan barang Non Minyak dan Gas, dimana dari tahun ke tahun impor non migas selalu lebih besar dari migas. Tetapi sejak tahun 2002 hingga 2005 ini impor migas jauh lebih besar dari impor non migas. Pada tahun 2002 impor migas lebih besar dibanding non migas yaitu 63 persen dari total impor. Dan tahun 2003 menjadi lebih besar lagi yaitu 67 persen. Sedangkan tahun 2004 menjadi 82 persen dan tahun 2005 menjadi 71 persen dari total impor. Dengan demikian Kalimantan Timur pada beberapa tahun terakhir selain sebagai mengekspor migas juga mengimpor dalam jumlah yang semakin besar setiap tahunnya.Investasi di Kalimantan Timur secara kumulatif sampai dengan tahun 2005 mengalami peningkatan 68 persen dari tahun sebelumnya sebesar 4,5 milyar dan untuk penanaman modal asing mengalami penurunan yaitu dari 958 juta US$ pada tahun sebelumnya menjadi 101,8 juta US$ pada tahun 2004. Pertumbuhan ini menunjukkan gambaran bahwa minat berinvestasi di Kalimantan Timur cukup tinggi, walaupun kondisi perekonomian masih kurang stabil (masa pemulihan) akibat krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan juli 1999.
Pembangunan di Kalimantan Timur dari tahun ke tahun makin terus meningkat, hal ini dapat dilihat dari perkembangan daerah melalui Repeta dan Renstra Kalimantan Timur. Perkembangan tersebut tentunya tidak terlepas dari adanya potensi yang besar, yaitu potensi sumber daya alam dan potensi sumber daya manusianya. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dalam perkembangan tersebut ada sembilan sektor yang terdapat dalam PDRB, yaitu sektor pertanian dan penggalian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan dan konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa kemasyarakatan.
Berkaitan dengan beberapa hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul Tesis: “download
Tidak ada komentar:
Posting Komentar